KISAH MANTAN BURUH PABRIK JADI WANITA TERKAYA DI DUNIA

Inilah kisah sukses perempuan / Wanita terkaya di dunia yang dulunya adalah seorang buruh pabrik yang tak pernah sekolah.

Kisah Mantan Buruh Pabrik Jadi Wanita Terkaya di Dunia

Kisah sukses wanita terkaya di dunia - Kesuksesan dan kekayaan memang tidak datang secara tiba-tiba, apa lagi bagi kita yang terlahir dalam garis keturunan yang biasa-biasa saja. Saat ini banyak sekali orang-orang telah sukses dan mapan berkat kerja keras dan keteguhan nya dalam menjalankan bisnis yang dibangunnya. Kebanyakan orang yang sukses di dunia adalah seorang pria. 

Namun untuk saat ini, kesuksesan bisa diraih oleh siapa saja, baik pria ataupun wanita. Salah satu kisah yang patut kita teladani adalah kisah Zhou Qunfei. Ia merupakan wanita yang terlahir dari keluarga miskin, tidak punya apa-apa, tidak sekolah, dan hidup dalam segala keterbatasan.

Saat usia belia ia harus menjadi seorang buruh pabrik guna meringankan beban ekonomi keluarganya. Namun berkat kerja keras dan pengorbanan yang dilakukan, kini wanita yang bermukin di China ini menjadi wanita terkaya di China dan dunia berkat bisnis teknologi yang digelutinya.

Menurut perhitungan terbaru dari Forbes, Zhou kini menduduki posisi 30 manusia terkaya di jagat teknologi. Hartanya diestimasi USD 7,5 miliar. Kekayaannya menjulang berkat perusahaan Lens Technology yang dirintisnya. 

Jika Anda memakai ponsel buatan Samsung atau Apple, besar kemungkinan komponen layar touchscreen adalah buatan Lens Technology. Perusahaan yang berbasis di China ini tercatat mempekerjakan puluhan ribu karyawan.

Zhou yang kini telah berusia 44 tahun, sangat dikenal di jagat teknologi. Dia sering bolak-balik dari China ke Silicon Valley untuk bertemu eksekutif Apple dan Samsung, dua klien utama yang memesan begitu banyak layar sentuh ke perusahaannya. 

Zho Qunfei Lahir di Keluarga Miskin

Zhou adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia lahir di sebuah desa kecil di propinsi Hunan, sebuah daerah pertanian yang cukup terpencil. Masa kecilnya penuh sengsara. Umur lima tahun, ibunya meninggal. Dan ayahnya, hampir tuna netra karena mengalami kecelakaan.

Di rumah, Zhou membantu keluarganya membesarkan hewan ternak sebagai tambahan pendapatan. Di sekolah, dia pun berprestasi.

"Dia adalah siswa pekerja keras dan berbakat. Aku pernah membacakan karangan soal ibunya di kelas. Tulisannya itu sungguh mengharukan sehingga semua orang menangis," kata gurunya di SMP, Zhing Xiaobai dikutip dari Financial Review.

Meskipun pandai, Zhou terpaksa keluar sekolah pada umur 16 tahun karena tak ada biaya. Ia lalu pindah ke propinsi Guandong ke rumah pamannya untuk mencari pekerjaan. Zhou bercita cita jadi desainer busana, tapi dia akhirnya jadi buruh pabrik di kota Shenzen dengan gaji USD 1 per hari.

Kondisi di pabrik menurut Zhou sangat berat. Pabrik itu membuat kaca untuk arloji "Tidak ada shift karena orangnya sangat sedikit. Aku tidak menikmatinya," kata Zhou. Setelah tiga bulan, dia memutuskan mengundurkan diri.

Namun surat pengunduran diri Zhou membuat bosnya malah terkesan karena Zhou berterima kasih atas pelajaran yang diberikan pabrik dan sebenarnya masih ingin bekerja. Maka, si bos pun menahannya dan menaikkan jabatannya. 

Membuat Bisnis Sendiri

Pada tahun 1993, Zhou merasa sudah cukup baginya bekerja untuk orang lain. Ia ingin mendirikan perusahaan sendiri. Dengan tabungan sekitar USD 3.000, dia dan beberapa anggota keluarganya mendirikan pabrik kaca jam yang diklaim berkualitas tinggi.

Di perusahaannya itu, Zhou terlibat di hampir semua hal. Dia mempelajari proses pembuatan layar yang berkualitas. "Di bahasa Hunan, kami menyebutnya sebagai ba de man, yang artinya seseorang yang berani melakukan sesuatu yang ditakuti orang lain," kata keponakannya, Zhou Yinyi.

Zhou kemudian menikah dengan mantan bosnya, memiliki seorang anak sebelum memutuskan cerai. Dia menikah lagi dengan temannya semasa jadi buruh pabrik dan dikaruniai anak kedua. Sang suami kini menjadi komisaris di Lens Technology.

Rezeki memang sering datang tanpa diduga. Pada tahun 2003, ketika pabriknya masih membuat kaca untuk jam, dia menerima panggilan telepon dari eksekutif Motorola. Mereka menanyakan apakah dia bisa membantu membuat layar untuk ponsel baru Razr V3.

Pada waktu itu, kebanyakan layar ponsel terbuat dari plastik. Motorola menginginkan layar ponsel yang lebih tahan goresan dan menampilkan gambar lebih baik. "Aku ditelepon mereka dan diminta menjawab ya atau tidak. Jika ya mereka akan bantu. Jadi aku jawab ya," tutur Zhou.

Setelah pesanan itu, pesanan lain bermunculan dari produsen ponsel raksasa seperti HTC, Nokia dan Samsung. Kemudian pada 2007, Apple memasuki pasar dengan iPhone. Apple memilih Lens sebagai suplier komponen layar yang semakin menaikkan pamor perusahaan ini.

Zhou lalu berinvestasi besar-besaran membangun fasilitas pabrik baru dan merekrut teknisi terampil. Dia meminjam banyak uang dari bank, kadang dengan jaminan rumahnya sendiri. Hasilnya dalam tiga tahun, dia memiliki fasilitas pabrik di tiga kota.

Kini, Zhou tinggal menikmati kerja kerasnya. Ia memiliki 75 ribu karyawan. Tiap hari dia menerima pesanan layar dari para perusahaan elektronik raksasa, termasuk Corning yang adalah produsen Gorilla Glass. Klien utamanya tetaplah Apple dan Samsung. Sekitar 75% pendapatan perusahaan berasal dari dua raksasa itu.

"Dia sungguh entrepreneur yang penuh passion dan dia sangat suka menangani banyak hal. Aku melihat perusahaannya tumbuh dan dia membangun tim yang kuat. Sekarang memang ada banyak kompetitor di industri ini, tapi Lens tetap pemain papan atas," ucap James Holis, eksekutif di Corning.

Zhou memang dikenal sangat mendetail. "Ayahku tuna netra sehingga jika kami meletakkan sesuatu, harus tepat di tempatnya atau akan terjadi sesuatu yang mungkin buruk," ucapnya.

Kini, Lens Technology memang memiliki banyak rival dan ketergantungannya pada Apple dan Samsung membuat investor cemas. Tapi Zhou menyatakan ia siap mengembangkan inovasi baru di industri layar sentuh. Semangatnya masih seperti yang dulu.

"Di desa tempatku tumbuh, banyak gadis tidak memiliki pilihan. mereka akan menikah dan menghabiskan seluruh hidupnya di sana. Sedangkan aku memilih berbisnis dan tidak menyesalinya," ujar Zhou.

Akhir di kata :

Sudah saatnya wanita menunjukkan tajinya di dunia bisnis, tak selalu serta merta wanita harus berada di belakang laki-laki. Untuk saat ini derajat wanita sama dengan laki-laki. Hak wanita pun sama.

Kesuksesan kekayaan sama besar peluangnya didapatkan oleh semua orang baik pria maupun wanita. Bagaimana kita menyikapinya, jika ingin sukses pastinya sudah berjuang, kalau tidak mau sukses yah diam saja..

0 komentar: